pexals.com |
Sekali lagi, malam kembali mengirim bayanganmu kemari. Menghimpitku dalam luka bertubi yang sudah kujauhi. Nyatanya menghindar memang tidak pernah menyelesaikan masalah. Dan bila boleh kukatakan, aku membencimu.
Sungguh, aku membencimu tetapi sekaligus mencintaimu.
Bodoh bukan? Kau sudah menyakitiku begitu dalam namun aku masih mencintaimu dengan sepayah ini.
Bayang-bayang tentang dirimu menggangguku malam ini. Padahal aku sudah berusaha keras untuk mengabaikan setiap kenangan tentangmu. Ternyata benar, aku hanya berkamuflase. Membohongi rasa bahwa aku telah melupakanmu, nyatanya aku masih mencintaimu dengan begitu luar biasa.
Kepergianmu yang tanpa penjelasan sudah mengubah caraku menuntun rasa. Tidak lagi ingin merasa cinta. Hatiku telah dipenuhi kabut duka yang sukar menghilang. Tiada lagi ada cahaya fajar yang mampu mengusirnya. Sadarkah kau bahwa kaulah fajar itu? Yang kunanti setiap pagi untuk membantuku menata hari.
Jauh, terlampau jauh kau pergi meninggalkan hati. Mengabaikan rasa yang masih sudi mengetuk. Orang-orang bilang cinta itu tidak pernah salah, namun mengapa pisah yang aku tuai disini? Apakah memang sejak awal hanya akulah yang menggunakan hati, sementara kamu memanfaatkan ketulusan perasaan itu?
Berulang kali kau meyakinkan hatiku yang meragu. Kau tak akan kemana-mana. Tidak akan pernah terjadi. Aku sudah mempercayaimu lantas apa yang kau lakukan? Kau pergi tanpa meninggalkan sepatah pesan. Kalau sudah begini, aku harus bagaimana?
Bagaimana aku nanti bila harus melihatmu bersama dengan yang lain? Bagaimana perasaanku yang kau hancurkan dengan begitu tega? Bagaimana dengan aku yang belum bisa berhenti mencintaimu?
Usai yang kau ucapkan tanpa perasaan masih menyayat perih di ulu hati. Tawa yang kutampilkan di depanmu hanyalah sebongkah luka yang tercetak indah disana. Belum sudi untuk sembuh. Hatiku sekarat, perlahan menuju kematian.
Mungkin memang benar bahwa patah hati terdalam saat hati sudah tidak lagi bisa merasakan apapun. Bahkan untuk sayatan luka yang menganga.
Kali ini, aku tidak lagi tahu harus berkata apa. Pisah yang kau inginkan sudah terjadi tetapi hingga detik ini, rasaku masih berjuang untuk membunuh dirinya sendiri. Sementara aku tenggelam dalam lautan kenangan luka yang kau ciptakan.
Terima kasih kuucapkan. Kau berhasil membuatku membunuh diriku sendiri dalam senyap asa.
Jika nanti Tuhan berkehendak kita untuk bertemu, tolong jangan ingatkan aku perihal luka ini. Semua sudah selesai. Segalanya telah berlalu.
Emoticon